Suggestions will appear below the field as you type

Diperbarui: 19 Juli 2024, 08:43 WIB Diterbitkan: 19 Juli 2024, 08:42 WIB

Bisnis.com, JAKARTA – Cuaca di sebagian wilayah DKI Jakarta diprediksi akan hujan ringan hingga berpetir pada Senin (8/7/2024) hari ini.

Berdasarkan prakiraan cuaca pada laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terdapat peringatan dini terkait cuaca di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.

“Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat terjadi di wilayah Jaksel, Jaktim, dan Jakbar pada siang, sore, dan malam hari,” demikian keterangan pada laman BMKG, Senin (8/7/2024).

Lebih lanjut, cuaca di Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu diprediksi cerah berawan pada siang hari, sementara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara berawan.

Sementara itu, hujan ringan diperkirakan terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan pada siang hari.

Pada malam harinya, hujan petir diprediksi terjadi di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara. Wilayah lainnya diperkirakan hujan ringan.

Memasuki Selasa (9/7/2024) dini hari, BMKG memperkirakan cuaca cerah berawan akan terjadi di seluruh kota/kabupaten administrasi di DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu yang diperkirakan berawan.

Selain itu, BMKG mencatat suhu di wilayah DKI Jakarta akan bervariasi dengan rentang 23 hingga 29°C. Tingkat kelembapan diperkirakan berada pada angka 80 hingga 100%.

Berikut perincian prakiraan cuaca Jakarta berdasarkan laporan BMKG, Senin (8/7/2024):

- Siang: Cerah berawan

- Dini hari: Cerah berawan

- Dini hari: Cerah berawan

- Siang: Hujan ringan

- Malam: Hujan ringan

- Dini hari: Cerah berawan

- Siang: Hujan ringan

- Malam: Hujan ringan

- Dini hari: Cerah berawan

- Dini hari: Cerah berawan

- Siang: Cerah berawan

- Malam: Hujan ringan

- Dini hari: Berawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Muhammadiyah dan FPI Tetap Jumat

JAKARTA- Penetapan awal Ramadhan selalu diwarnai perbedaan, setiap tahunnya. Tidak terkecuali tahun ini. Namun, berdasarkan pengamatan Rukyah dimana mayoritas menyatakan tidak melihat hilal, pemerintah akhirnya menetapkan awal puasa jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli nanti. Hal itu diputuskan dalam Sidang Isbat Awal Ramadhan 1433 Hijriyah di gedung Kemenag, kemarin (19/7). “

“Kami memutuskan dan menetapkan bahwa tanggal 1 ramadhan jatuh pada hari Sabtu tanggal 21 juli 2012. Keputusan ini mulai berlaku pd saat ditetapkan,” ujar Menag Suryadharma Ali (SDA).

Putusan tersebut dibuat setelah mendengarkan tanggapan-tanggapan dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam. Diantaranya, Pengurus Besar Nahdlatul Utama (PBNU), Dewan Masjid Indonesia, Dewan Dakwah Indonesia, Perhimpunan Al Irsyad, Lajnah Falakiyah PBNU, Wahdah Islamiyah, Persatuan Umat Islam hingga Front Pembela Islam (FPI).

Hampir seluruh ormas Islam tersebut sepakat dengan penetapan awal Ramadhan oleh pemerintah. Berdasarkan pemantauan hilal oleh pemerintah, sebanyak 38 kantor wilayah menyatakan tidak melihat hilal. “Hilal tidak bisa dilihat, oleh karenanya 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2012,” tegas SDA.

Ormas-ormas yang menyatakan dukungannya atas putusan pemerintah diantaranya PBNU, Dewan Dakwah Indonesia, Wahdah Islamiyah, Tarbiyah Islamiyah, Dewan Masjid Indonesia dan beberapa ormas lainnya. Dari PBNU, Abdul Malik Madani menyatakan mengapresiasi metode penetapan awal Ramadhan yang digunakan pemerintah. Namun, pihaknya mengkritisi anggapan bahwa penentuan puasa di hari Jumat berdasarkan hisab atau perhitungan kalender hijriyah, sementara puasa di hari Sabtu didasarkan pada rukyah atau pengamatan akan munculnya bulan sabit baru.

“Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Yang menetapkan hari Sabtu adalah mereka yang justru ingin memadukan hisab dan rukyah. Tidak benar kalau rujukan pemerintah dan “yang menetapkan Sabtu hanya didasarkan pada hisabnya ephemeris, tapi juga didasarkan pada kitab-kitab kuning. Karena itu, NU bulat tekadnya untuk memulai ibadah puasa pada hari Sabtu 21 Juli 2012,” tegasnya.

Sementara itu, ada dua ormas selain Muhammadiyah yang kukuh akan mulai berpuasa hari ini. Mereka adalah Front Pembela Islam (FPI) dan An-Najat. Dari FPI, Habib Muhsin Ahmad Alattas menegaskan pihaknya tidak memakai metode Ephemeris seperti yang digunakan pemerintah dan sejumlah ormas lainnya. FPI memakai metode kuno Sulam an-Nayyirain

Berdasarkan metode tersebut, lanjut Muhsin, FPI menyatakan sudah melihat hilal pada pukul 17.53 WIB, kemarin. “Pihaknya mengaku sudah mendapat laporan dari lokasi pemantauan hilal di. Pesantren Al-Husainiah, kawasan Cakung, Jakarta Timur. “Berdasarkan pemantauan di Cakung, menyampaikan laporan hasil rukyah, yakni 1 Ramadhan jatuh pada hari Jumat. FPI tetap menghargai perbedaan tapi kami dari FPI tetap akan berpuasa mulai Jumat (Hari ini),” tegasnya.

Pernyataan yang disampaikan FPI tersebut mendapat tanggapan keras dari Lajnah Falakiyah PBNU. Ketua Lajnah Falakiyah PBNU A. Ghazalie Masroeri meragukan keabsahan hilal yang telah disaksikan FPI. Pihaknya bahkan meminta Kemenag untuk meninjau lokasi pemantauan hilal milik FPI.

Ghazalie menyatakan ada beberapa hal yang meragukan dari hilal yang disaksikan FPI. Yang pertama, hilal tersebut terlihat pada pukul 17.53 WIB. Padahal, saat itu belum masuk waktu Maghrib. Selain itu, kondisi cuaca di Jakarta sedang mendung, sehingga tidak memungkinkan melihat hilal dengan jelas.

“Mereka mengatakan hilal dilihat dari gedung berlantai tiga. Padahal kita yang memiliki 120 tempat, dengan dua tempat di DKI Jakarta, salah satunya bahkan berlantai 13, tidak ada yang melihat hilal. Dari Kemenah perlu mengadakan tinjauan apakah layak Cakung itu digunakan untuk rukyah,” jelas dia.

“Sementara itu, terkait masih adanya perbedaan permulaan puasa, termasuk sikap Muhammadiyah yang memilih tidak menghadiri sidang Isbat, SDA menyatakan enggan mengomentari hal tersebut. Ketum PPP tersebut mengaku tidak ingin mempertajam perbedaan. “Jadi biarkan saja Pak Din berbicara sesuai keyakinannya. Tadi kan sudah mendengar, sudah melihat sendiri proses sidang seperti apa. Sangat demokratis kan. Tetap kita hormati buat mereka yang memutuskan puasa dimulai besok dan bagi yang puasa besok juga menghormati masyarakat muslim yang berpuasa di hari sabtu. Kita saling menghormati saja ya,” tegasnya.

Sebelumnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengumumkan awal Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Sabtu (21/7) berdasarkan hasil ru”yatul hilal bil fi”li atau observasi bulan yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah dan sejumlah ahli falak NU di sejumlah titik rukyat di Indonesia.

Dalam surat ikhbar yang ditandatangani PBNUposisi hilal pada saat dilakukan rukyatul hilal pada Kamis, 19 Juli 2012 atau 29 Syaban 1433 H baru berada pada ketinggian 1 derajat 38 menit di atas ufuk. Maka hilal dinyatakan belum imkanur rukyat”atau belum bisa dilihat sehingga tidak mungkin dapat dirukyat.

“Tim rukyatul hilal NU pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 M / 29 Sya”ban 1433 H telah melakukan ru”yatul hilal bil fi”li di beberapa lokasi rukyat yang telah ditentukan dan tidak berhasil melihat hilal,” demikian rilis PBNU.

Ketua Lajnah Falakiyah PBNU Ghazalie Masroeri menyatakan, negara-negara yang tergabung dalam MABIM (Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam) menetapkan dua derajat sebagai batas minimal visibilitas pengamatan.

“Itu pun oleh pakar astronomi masih mau dinaikkan menjadi 4 derajat. Secara astronomis, hilal tidak mungkin dapat diamati bila masih di bawah batas visibilitas pengamatan,” katanya.

Kementerian Agama juga menetapkan Ramadan jatuh pada Sabtu berdasarkan laporan rukyat dari 38 lokasi. “Semuanya menyatakan tidak melihat hilal,” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Binmas), Kementerian Agama, Ahmad Jauhari.

Titik lokasi pemantauan antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, NTT, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Mamuju, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah, dan Aceh.

Meski sama-sama menggunakan metode rukyat, tim falakiyah FPI mengaku melihat penampakan bulan pada pukul 17.53 WIB, lama penglihatan 4 menit. Posisi arah kiri atas matahari, miring atas kiri. Karena itu, FPI akan mulai berpuasa Jumat (20/7) hari ini.

Sementara itu, berdasar situs moonsighting.com Indonesia tidak sendirian dalam menjalankan ibadah puasa Sabtu. Hingga pukul 23.15, situs yang menjadi rujukan untuk mengetahui pergerakan bulan itu menyebut kalau Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, komunitas Syiah Kanada, dan Oman sepakat 1 Ramadan jatuh pada besok.

Alasan negara-negara tersebut sama, mereka menggunakan rukyatul hillal lokal. Artinya, bulan tidak terlihat sampai batas waktu yang ditentukan di negara tersebut. Kecuali syiah Kanada yang berdasar pada pemimpin mereka yakni Ayatollah Hosseini Nassab. Tentu saja, jumlah itu belum merefleksikan seluruh negara.

Sebab, beberapa negara diprediksi belum bisa melihat bulan dengan mata telanjang hari ini. Negara tersebut diantaranya sebagian Kanada, Greenland, Jepang, Finlandia, Swedia, dan sebagian Rusia. Negara-negara tersebut kemungkinan baru bisa melihat bulan dengan jelas pada Sabtu besok.

Sementara itu, untuk negara yang sudah memastikan puasa pada hari ini berdasar moonsighting,com baru dua. Negara itu adalah Kazakhstan dan Amerika Serikat. Sama dengan Muhammadiyah, kedua negara itu menggunakan metode hisab. “Fiqh Council of North America atau Islamic Society of North America menentukan puasa besok (hari ini),” tulis website tersebut.

Dilansir dari kantor berita Arab, Saudi Press Agency (SPA) menyebutkan kalau pemerintah kerajaan Arab sudah memastikan berpuasa hari ini. Oleh sebab itu, kemarin malam diberbagai masjid sudah melakukan salat tarawih. Selain 1 Ramadan, Arab juga sudah menentukan 1 Syawal bakal jatuh pada 19 Agustus. (ken/dim)

sumber : www.jpnn.com

Artikel `Foto` belum tersedia